Desa Devisa Dongkrak Pendapatan Penenun NTT hingga 30 Persen

Labuan Bajo, NTT, 11/7 (ANTARA) - Program Desa Devisa yang dijalankan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank untuk penenun di Nusa Tenggara Timur membantu mendongkrak pendapatan penenun hingga 30 persen.
“Dari program ini, didapatkan rata-rata peningkatan per penenun 30 persen, yang awalnya Rp750 ribu hingga Rp1 juta per bulan, sekarang Rp975 ribu hingga Rp1,3 juta per bulan,” kata CEO Tenunin Hayatul Fikri Aziz, salah satu pendamping program, dalam media briefing di Labuan Bajo, NTT, Kamis.
Program Desa Devisa Tenun NTT mencakup 31 desa yang tersebar di Kabupaten Alor, Belu, Sikka, Ende, dan Sumba Timur.
Menurut Aziz, program ini telah berkembang dari yang mulanya hanya 5 kelompok dengan 120 orang, kemudian berkembang menjadi 522 penenun di NTT.
Salah satu penenun asal Kampung Hula di Pulau Alor adalah Mama Sariat Tole yang sudah menekuni seni menenun sejak usia lima tahun. Ia menggunakan benang kapas hasil tanam sendiri dan pewarna alami dari bahan lokal seperti tinta cumi, daun kelor, kunyit, hingga akar mengkudu.
Karya-karyanya telah dipamerkan di 13 negara dan ia tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pembuat warna alami terbanyak untuk kain tenun.
LPEI pun memberdayakan Mama Sariat sebagai mentor dalam program Desa Devisa Klaster Tenun NTT, khususnya untuk mendampingi penenun dalam penggunaan pewarnaan organik dan benang alami.
Hal itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas kain tenun agar sesuai dengan standar ekspor global, terutama untuk pasar seperti Jepang yang mengutamakan warna alami dan daya tahan tinggi.
“Selain peningkatan pendapatan, program ini juga memperkuat kapasitas produksi dan memperluas jangkauan pasar, menjadikan kain tenun NTT sebagai produk ekspor yang tidak hanya bernilai budaya tinggi, tetapi juga berdaya saing global,” tambah Aziz.
LPEI mencatat terdapat 1.909 Desa Devisa yang tersebar di 18 provinsi dengan nilai ekspor mencapai Rp123,9 miliar hingga Maret 2025. Program ini melibatkan lebih dari 180.000 penerima manfaat.
Komoditas unggulan yang diangkat meliputi kopi, kakao, kain tenun, batik, rempah, hasil laut, dan produk turunan kelapa. (ANTARA/Imamatul Silfia)
📬 Berlangganan Newsletter
Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.