JMDN logo

Komdigi Minta Generasi Muda Bidik Peluang Jadi "Prompt Engineer"

📍 Politik dan Pemerintahan
28 Juni 2025
2 views
Komdigi Minta Generasi Muda Bidik Peluang Jadi "Prompt Engineer"

Yogyakarta, 28/6 (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) meminta generasi muda membidik peluang sebagai "prompt engineer" atau penyusun perintah kecerdasan buatan (AI) di tengah pesatnya pemanfaatan teknologi itu di berbagai sektor.


"Jangan hanya pakai AI untuk 'prompt' sederhana, misal tolong buatkan ini, buatkan itu. Enggak cukup sampai situ," ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Komdigi Bonifasius Wahyu Pudjianto dalam acara "Pengenalan dan Implementasi AI di Kota Yogyakarta: Berdaya dengan Artificial Intelligence untuk Generasi Cakap Digital" di STMM Yogyakarta, Jumat.


Menurut Bonifasius, menjadi "prompt engineer" tidak menuntut keahlian teknis laiknya coding.


Namun demikian, diperlukan pemahaman cara menyusun "prompt" secara tepat agar AI mampu menghasilkan keluaran yang relevan dan berkualitas.


"Ini multidisiplin, siapa saja bisa. Tapi ada tatanan penulisan yang benar bagaimana 'prompt' itu disusun," ujar dia.


Ia menjelaskan dalam ekosistem AI ada dua jalur yang bisa dipilih yakni sebagai pengembang sistem ("developer") atau pengguna ("user") yang keduanya memiliki jenjang keahlian dari pemula hingga lanjutan.


"Kalau memang senang coding dan pengembangan sistem, silakan jadi 'developer'. Tapi sebagai 'user' pun kita bisa jadi 'prompt engineer' yang hebat," ucap dia.


Bonifasius mencontohkan pemanfaatan AI dalam industri kreatif, salah satunya melalui film dokumenter "Nusantara" yang mengangkat tokoh Gajah Mada dan Kerajaan Majapahit.


Film yang sepenuhnya dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan itu meraih penghargaan Best AI Documentary dalam ajang AI Film Awards Cannes 2025.


"Coba cek di YouTube. Film itu belum tayang penuh, tapi luar biasa. AI bisa bikin gerak wajah, tangan, semua detail dengan sangat presisi," ujar dia.


Menurut dia, AI bukan sekadar teknologi masa depan, tetapi sudah memberikan dampak signifikan di berbagai lini sehingga generasi muda di Indonesia perlu berperan aktif agar tidak tertinggal.


"Ini disrupsi teknologi, tapi bukan berarti meniadakan peran teman-teman yang sedang kuliah atau kerja di bidang konten. Justru harus dimanfaatkan agar kita tidak tersisih dari perkembangan zaman," ujar Bonifasius.


Dorongan itu juga berkait upaya pemerintah mencetak 9 juta talenta digital hingga tahun 2030.


Dia menyebut kebutuhan industri terhadap tenaga digital terus tumbuh sekitar 600 ribu orang per tahun yang belum seluruhnya bisa dipenuhi lembaga pendidikan formal.


"Kita setiap tahun memerlukan tambahan talenta digital sebanyak 600 ribu orang. Sembilan juta itu adalah penghitungan dari tahun 2015 hingga tahun 2030," ujarnya. (ANTARA/Luqman Hakim)

Berita Populer

Berita Populer