JMDN logo

Desak Made Rita dan Gelar Juara Dunia

📍 Olahraga
8 Juli 2025
1 views
Desak Made Rita dan Gelar Juara Dunia

Jakarta, 08/7 (ANTARA) - Sukses menyalakan lampu hijau usai menyentuh tombol pencatat waktu, Desak Made Rita Kusuma Dewi mengepalkan tinju ke udara, mengatupkan kedua tangan lalu menutup wajahnya.


Emosional. Rasanya itu kata yang cocok untuk menggambarkan situasi yang tertangkap secara daring. Hal itu ternyata juga dirasakan di lokasi pertandingan ketika komentator mengucapkan kata yang sama saat Desak Made berhasil meraih gelar kejuaraan dunia IFSC Climbing World Cup Krakow 2025 di Polandia.


Dahaga gelar yang sudah lama dijalani, akhirnya terpuaskan di Polandia . Ini merupakan gelar juara dunia pertama bagi Desak Made setelah meraih emas di Bern 2023 -- yang menjadi tiket penentu untuk berkompetisi di Olimpiade 2024 Paris.


Desak Made sempat mengalami paceklik gelar pada 2024. Tahun yang sama ketika ia tidak mampu memanfaatkan peluang ketika tersingkir di babak perempat final Olimpiade Paris.


Bahkan, atlet asal Singaraja, Bali, itu gagal meraih kemenangan di perempat final di tanah kelahirannya sendiri ketika IFSC Climbing World Cup 2025 digelar di Bali, April lalu.


"Saya sangat senang, ini medali emas pertama saya setelah Bern," kata Desak Made, seperti disiarkan federasi panjat tebing dunia IFSC.


"Pada kompetisi terakhir saya di Bali, saya jatuh di perempat final. Pelatih saya selalu memberi tahu saya untuk menikmati setiap kompetisi, dan jika saya bisa melakukannya, saya bisa meningkatkan catatan terbaik saya di setiap perlombaan."


Untuk meraih dua kali gelar juara dunia, bukan perjalanan singkat. Butuh kegigihan, keberanian, keteguhan hati, dan semangat pantang menyerah dalam mengejar mimpi dari seorang atlet kelahiran 24 Januari 2001 itu.


Memulai mimpi


Perjalanan Desak Made dalam dunia panjat tebing dimulai sejak usia delapan tahun. Ketertarikannya terhadap olahraga ini berawal secara tidak sengaja ketika ia diajak oleh bibinya -- yang juga seorang atlet -- bermain ke taman kota tempat bibinya biasa berlatih.


Di sanalah untuk pertama kalinya Desak mencoba memanjat dinding panjat, begitu ia bercerita di saluran Rope to Rope.


Siapa sangka, dari percobaan iseng tersebut tumbuhlah kecintaan yang mendalam terhadap panjat tebing, yang kemudian membawanya berlatih secara rutin.


Semangatnya yang konsisten akhirnya membuka jalan menuju kesempatan besar. Pada Juli 2020, ia resmi diajak bergabung dengan tim nasional panjat tebing Indonesia.


Meski begitu, langkah awalnya di timnas tidaklah mudah. Masa itu bertepatan dengan pandemi COVID-19, ketika seluruh aktivitas olahraga di Bali dihentikan.


Desak pun sempat berhenti berlatih selama beberapa waktu sebelum akhirnya bisa bergabung dan kembali menjalani latihan. Baginya, kesempatan itu adalah sebuah keajaiban.


Di timnas, Desak menghadapi tantangan baru. Pelatih memberinya target untuk mencatatkan waktu tujuh detik dalam panjat tebing pada akhir 2020.


Alih-alih merasa terbebani, tantangan tersebut justru memotivasi Desak Made. Usahanya membuahkan hasil. Ia berhasil meraih waktu tujuh detik di tahun yang sama, sebuah pencapaian penting dalam kariernya.


Namun, perjalanan Desak tidak hanya diwarnai oleh tantangan fisik. Ia juga harus menghadapi tekanan mental dari komentar orang-orang yang meragukan bentuk tubuhnya.


Ia mengaku sempat kehilangan kepercayaan diri karena sering dianggap bertubuh gemuk. Beruntung, dukungan dari pelatih yang terus meyakinkannya bahwa tubuhnya kuat dan bertulang besar menjadi penguat mental yang sangat berarti.


Seiring waktu, Desak mulai belajar mencintai dirinya sendiri dan menumbuhkan keyakinan bahwa ia kuat dan mampu bersaing di level tertinggi.


Mengukir prestasi


Desak Made perlahan lahan mulai mengukir prestasi. Sorotan tak hanya datang dari keberhasilannya meraih medali, tetapi juga dari ketekunan dan konsistensinya dalam mengukir sejarah demi sejarah di dunia olahraga panjat tebing Indonesia.


Perjalanan gemilang Desak Made dimulai sejak usia muda. Pada 2018, dalam Kejuaraan Nasional Kelompok Umur di Riau, ia mencuri perhatian dengan memborong dua medali emas di nomor Speed World Record Youth A Putri dan Boulder Youth A Putri.


Prestasi itu menjadi pijakan awal dalam kariernya yang terus menanjak.


Puncaknya, Desak Made berhasil menembus ajang olahraga paling bergengsi di dunia: Olimpiade.


Keberhasilan itu bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Ia telah membuktikan kemampuannya dalam berbagai kompetisi bergengsi, termasuk ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2021 di Papua, ketika ia menyabet medali emas di nomor speed.


Namanya semakin harum ketika tampil di Asian Games 2022 di Hangzhou -- yang digelar pada September 2023. Pada ajang tersebut Desak Made tampil gemilang dengan meraih medali emas di nomor speed dan medali perak dalam nomor estafet.


Penampilannya semakin diperhitungkan di level dunia setelah ia meraih dua medali perunggu dalam Piala Dunia IFSC 2022 yang digelar di Villars dan Chamonix, serta medali perak di Kejuaraan Asia 2022 di Seoul.


Tahun 2023 menjadi salah satu tahun terbaik dalam kariernya. Pada Kejuaraan Dunia IFSC di Bern, ia sukses membawa pulang medali emas di nomor speed. Capaian ini mengukuhkan dirinya sebagai salah satu atlet panjat tebing terbaik dunia.


Tidak berhenti di situ, Desak Made juga meraih sederet medali lainnya, yakni medali perunggu di Piala Dunia IFSC Seoul, medali perak di IFSC Climbing World Cup Jakarta dan Salt Lake City, serta medali perak dalam ajang NEOM Beach Games 2023 di Arab Saudi.


Meski begitu, ia masih belum puas dengan catatan prestasinya.


"Tujuan saya adalah mencetak rekor dunia baru," ujar atlet berusia 24 tahun itu usai meraih gelar juara dunia di Krakow, Polandia.


Dengan sederet pencapaian tersebut, Desak Made tidak hanya mengharumkan nama Indonesia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda yang ingin mengejar mimpi melalui olahraga. (ANTARA/Arindra Meodia)

📬 Berlangganan Newsletter

Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.

Berita Populer

Berita Populer