JMDN logo

UMPR Berdayakan Komunitas Bunda Sehati Lewat Pengelolaan Kain Perca

📍 Innovasi Desa
6 Agustus 2025
46 views
UMPR Berdayakan Komunitas Bunda Sehati Lewat Pengelolaan Kain Perca

Palangka Raya, 06/8 (ANTARA) - Tim Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR) menjalankan program pengabdian masyarakat bertajuk “Pemberdayaan Komunitas Bunda Sehati melalui Inovasi Pengelolaan Limbah Kain Perca Menjadi Boneka Maskot Kalimantan Tengah”.


"Program ini berlangsung sejak Juli hingga Desember 2025, dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat," kata Ketua Tim Pengmas UMPR Ahmad Syarif MPd, di Palangka Raya, Selasa (5/8).


Pada program itu, dosen Pendidikan Agama Islam UMPR ini juga didukung tim pelaksana terdiri dari Mohamad Nor Aufa MPd selaku akademisi Pendidikan Biologi, Arna Purtina MPd dosen Pendidikan Ekonomi.


Selain itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini, juga didukung mahasiswa atas Riski Candra Ramadhani dari Prodi Pendidikan Ekonomi, Melan Yutiva dan Banjir yang merupakan mahasiswa Pendidikan Biologi.


"Program ini menyasar Komunitas Bunda Sehati, kelompok perempuan kepala keluarga (Pekka) di Kelurahan Panarung, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, yang mayoritas hidup dengan keterbatasan ekonomi dan belum memiliki keterampilan produktif yang memadai," kata Ahmad.


Melalui kegiatan itu, pihaknya ingin membuka peluang ekonomi baru bagi perempuan kepala keluarga di Palangka Raya dengan mengolah limbah menjadi produk bernilai budaya dan ekonomi.


"Program ini mencakup pelatihan menjahit dasar, pengolahan limbah tekstil menjadi boneka maskot, pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB), edukasi keuangan keluarga, serta strategi pemasaran digital melalui Shopee, Instagram dan TikTok," katanya lagi.


Anggota tim lainnya, Arna menerangkan, produk boneka ini tidak hanya bernilai ekonomi, namun juga sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal, karena mengangkat ikon Kalimantan Tengah seperti burung tingang, orangutan, dan ornamen khas Dayak. Produk ini akan dipasarkan melalui bazar UMKM, galeri, media sosial, dan e-commerce.


“Boneka ini bukan sekadar kerajinan tangan, tapi simbol semangat perempuan Kalimantan dan wujud pelestarian budaya lokal,” ujar Arna.


Selanjutnya anggota lainnya, Mohamad Nor Aufa menambahkan bahwa aspek lingkungan menjadi fondasi penting dari program ini.


“Limbah kain perca yang biasanya dibuang sembarangan kini kami edukasikan sebagai sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Selain mengurangi pencemaran, ibu-ibu juga belajar sains dasar seperti daur ulang dan keberlanjutan. Inilah bentuk nyata dari ekonomi sirkular berbasis komunitas,” ujar Mohamad Nor Aufa.


Riski Candra Ramadhani, salah satu mahasiswa yang terlibat, mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari program ini.


“Selama mendampingi ibu-ibu dalam pelatihan dan perencanaan usaha, saya belajar banyak tentang tantangan nyata UMKM. Kegiatan ini masih berjalan, dan saya merasa ikut tumbuh bersama mereka, bukan hanya sebagai fasilitator, tapi juga sebagai pembelajar,” ujar Riski.


Program ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) 8 berupa pekerjaan layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDGs 10 tentang berkurangnya kesenjangan, IKU 2 dan 5 tentang perguruan tinggi Astacita pemerintah dalam mendorong industri kreatif dan kewirausahaan perempuan.


Melalui pelatihan berkelanjutan dan pendampingan usaha, program ini diharapkan menjadi cikal bakal sentra produksi oleh-oleh khas Kalimantan Tengah berbasis komunitas perempuan.


Ke depannya, UMPR menargetkan model ini dapat direplikasi di komunitas rentan lainnya di wilayah Kalimantan dan nasional, sekaligus menjadi contoh praktik ekonomi sirkular berbasis budaya lokal.


Dengan dukungan kampus, pemerintah daerah, dan masyarakat, produk boneka maskot hasil daur ulang ini diharapkan mampu menjadi ikon lokal yang bukan hanya mencerminkan kreativitas, tetapi juga dampak sosial yang nyata bagi pemberdayaan perempuan.


Ketua Komunitas Bunda Sehati Norma Rasidah mengatakan, dulu anggotanya tidak tahu cara menjahit.


"Sekarang kami bisa buat boneka sendiri dan menjualnya. Ini sangat membantu keluarga,” ujar Norma pula. (ANTARA/Rendhik Andika)

📬 Berlangganan Newsletter

Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.

Berita Populer

Berita Populer