JMDN logo

Petani Kalijaran Raih Harapan Baru Lewat Energi Surya dan Inovasi

📍 Innovasi Desa
2 Oktober 2025
63 views
Petani Kalijaran Raih Harapan Baru Lewat Energi Surya dan Inovasi

Cilacap, 02/10 (ANTARA) - Pagi itu, sinar Matahari yang menembus langit cerah di Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memantul di permukaan panel-panel surya yang berjajar di pematang sawah tadah hujan.


Suasana yang hening itu terasa berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu, ketika suara bising mesin diesel masih mendominasi irigasi pertanian warga.


Kini, tak ada lagi asap hitam atau deru knalpot. Yang ada hanya energi bersih dari Matahari, yang menghidupi lahan pertanian seluas 15 hektare dan memberi napas baru bagi petani setempat.


Inovasi itu lahir melalui program Kalijaran Mapan (Masyarakat Pengelolaan Pertanian Berkelanjutan), hasil kolaborasi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Sugih. Tujuannya sederhana namun bermakna: mengangkat kesejahteraan petani desa dengan cara yang lebih mandiri dan berkelanjutan.


Dulu, petani di Kalijaran hanya bisa menjual gabah hasil panen kepada tengkulak. Harga rendah membuat keuntungan yang diperoleh tak sebanding dengan jerih payah di sawah. Kini, kondisi itu mulai berubah.


Melalui program Kalijaran Mapan, gabah yang dipanen tidak lagi langsung dijual, tetapi diolah menjadi beras. Proses itu memberi nilai tambah yang signifikan. Bahkan, dedak hasil sampingan penggilingan pun dimanfaatkan sebagai pakan ternak bebek.


"Kalau dulu petani hanya panen sekali, hasilnya pun langsung dijual. Sekarang beras bisa diolah sendiri, dedaknya pun jadi berkah untuk budi daya bebek," kata Priyatno selaku Ketua Gapoktan Margo Sugih yang menjadi motor penggerak program Mapan.


Budi daya bebek petelur dengan menggunakan kandang komunal itu merupakan bagian dari diversifikasi usaha dan hingga saat ini membudidayakan sebanyak 175 ekor.


Limbah lain, seperti sekam padi juga diolah menjadi arang sekam, yang laku dijual dan digunakan sebagai media tanam hortikultura. Prinsipnya, jangan sampai limbah jadi sampah. Semua harus jadi berkah.


Energi surya


Salah satu kunci keberhasilan program Mapan adalah keberadaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Teknologi solar home system (SHS) berupa pompa air tanah berenergi listrik dari tenaga surya itu mengatasi permasalahan klasik petani Kalijaran: kekeringan akibat irigasi yang tidak lancar.


Pompa air tanah berteknologi SHS yang merupakan program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) dari PT KPI RU IV Cilacap yang sudah beroperasi sejak tahun 2023. Sebelum adanya teknologi SHS, yang merupakan inovasi Tim Politeknik Negeri Cilacap (PNC), hamparan sawah tadah hujan di Desa Kalijaran itu dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya, ketika musim kemarau.


Kalaupun hamparan sawah tadah hujan itu digarap, petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk sewa pompa air berikut membeli bahan bakar minyak.


Dengan PLTS, mereka bisa irit hingga 50 persen dibanding listrik konvensional. Kalau dulu pakai diesel habis delapan liter BBM per hari, sekarang cukup energi matahari. Zero kebisingan, zero polusi. 


Dengan kapasitas 6.500 kW, panel surya itu mampu memompa air untuk mengairi sawah, sekaligus mengurangi emisi karbon hingga sekitar 5 kilogram per hari. Tidak hanya PLTS, energi yang dibutuhkan untuk menghidupkan pompa air itu juga didukung oleh pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).


Bahkan, pemanfaatan energi surya itu tidak sebatas untuk kebutuhan pompa air di sawah. Penggilingan padi yang dikelola Gapoktan Margo Sugih pun memanfaatkan energi surya, sehingga tidak menimbulkan emisi gas buang dari mesin penggilingannya.


Meskipun biaya awal pembangunannya besar, Priyatno meyakini manfaat jangka panjangnya sepadan. Panel bisa bertahan sampai 25 tahun. Jadi investasi ini bukan hanya untuk generasi sekarang, juga untuk berikutnya.


Program Kalijaran Mapan tidak hanya berfokus pada padi. Diversifikasi pertanian dilakukan agar petani tidak terus bergantung pada hasil sawah yang siklusnya panjang. Greenhouse dibangun, rumah bibit dikelola, dan kolam ikan digarap.


Di dalam greenhouse, sayuran cepat panen, seperti pakcoy, kangkung, dan cabai mulai ditanam. Hasilnya jauh lebih cepat dirasakan dibanding menunggu musim panen padi.


"Kita jangan terus bergantung pada padi. Dengan sayuran pendek, perputaran hasil lebih cepat. Kangkung bisa panen sampai empat kali, jauh lebih menguntungkan," kata Priyatno.


Satu bedeng kangkung, misalnya, bisa menghasilkan ratusan ribu rupiah hanya dalam waktu 25–30 hari. Skema ini memberi ruang bagi petani untuk memperoleh pemasukan tambahan yang stabil.


Sementara bagi petani kecil, perubahan itu benar-benar terasa. Pangat, salah seorang anggota Kelompok Tani Abdi Tani Makmur, mengingat betul masa-masa ketika sawahnya hanya bisa ditanami sekali setahun.


"Dulu setahun paling sekali tanam. Sekarang bisa dua sampai tiga kali, bahkan di sela-sela bisa tanam palawija dan sayur. Jadi penghasilan kami lebih terjamin," ungkapnya.


Dengan keterlibatan para petani dari berbagai kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Margo Sugih, program Mapan tidak hanya menumbuhkan produksi, juga membuka harapan untuk menata masa depan berkelanjutan.


Oleh karena itu, Priyatno bersama para petani lain tidak berhenti pada capaian saat ini. Mereka berencana menambah kapasitas PLTS serta memadukannya dengan PLTB agar pasokan energi lebih stabil, terutama saat musim hujan.


Selain itu, pengembangan pakan bebek berbasis pelet dari dedak dan limbah pertanian tengah dipersiapkan, sehingga biaya produksi ternak lebih efisien.


Tidak hanya itu, Gapoktan Margo Sugih kini telah membentuk perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas (PT), yakni PT Gapoktan Margo Sugih dalam rangka pengembangan usaha dan memperluas jejaring.


Dukungan dari berbagai pihak, -mulai dari kementerian, perguruan tinggi, CSR Pertamina, hingga Pertamina Foundation, terus mengalir. Semua itu memperkuat langkah petani Kalijaran menuju pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi ramah lingkungan dan mandiri energi.


"Walaupun kami petani, kami ingin ikut berkontribusi mengurangi emisi karbon dan mendukung energi terbarukan. Harapannya, pertanian kami makin berkelanjutan, masyarakat pun sejahtera," kata Priyatno.


Ruang kreatif


Area Manager Communication Relations dan CSR PT KPI RU IV Cilacap Cecep Supriyatna mengakui musim kemarau dahulu menjadi masa sulit bagi petani di Desa Kalijaran karena lahan yang mengering membuat mereka tidak bisa menggarap sawah dan hanya menunggu datangnya hujan.


Kini, kondisi itu berangsur berubah sejak hadirnya program Kalijaran Mapan yang diinisiasi Pertamina melalui PT KPI RU IV Cilacap.


"Awalnya, banyak sawah di Kalijaran tidak bisa diairi irigasi. Pada musim kemarau tanahnya menganggur. Dari situ, kami coba membantu petani dengan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk mengalirkan air ke lahan mereka," katanya


Dengan suplai tenaga surya, pompa air dapat bekerja tanpa bahan bakar fosil. Sawah yang tadinya mengering kini tetap bisa ditanami palawija di musim kemarau, sehingga tanah tidak mati, tetap hidup, dan petani bisa panen.


Seiring waktu, program tidak berhenti pada penyediaan air. Pertamina yang merupakan perusahaan milik negara atau BUMN itu, bersama kelompok tani setempat mengembangkan reservoir dan kolam ikan, membangun greenhouse, hingga memfasilitasi penggilingan padi yang langsung menghasilkan beras dan dedak, tanpa menyisakan limbah sekam.


Inovasi itu juga memanfaatkan EBT, walaupun belum maksimal, ke depan akan terus didorong agar lebih efisien karena pemanfaatan energi bersih tidak hanya meringankan biaya produksi petani, juga mendukung upaya Pertamina dalam transisi energi. Bahkan, EBT itu betul-betul bersih, tanpa bahan bakar maupun sisa pembakaran dan tenaga Matahari bisa memberi manfaat besar bagi petani.


Lebih jauh, program Kalijaran Mapan membuka ruang kreatif warga. Selain bertani dan beternak, mereka didorong untuk mengembangkan ide-ide usaha lain yang dapat meningkatkan ekonomi desa. Pertamina, lanjut Cecep, mengambil peran sebagai pelopor, sekaligus pendukung agar ide warga bisa berkembang secara alami.


Kalau bisa masif, bukan hanya satu kelompok, tapi beberapa kelompok, maka Kalijaran bisa jadi desa percontohan. Harapannya, desa itu mandiri, awalnya dari EBT lalu berkembang ke mana-mana. 


Bagi Pertamina, efek berganda dari Kalijaran Mapan sangat penting. Program tersebut membuktikan bahwa energi baru terbarukan tidak hanya ramah lingkungan, juga mampu menggerakkan ekonomi desa.


"Silakan Desa Kalijaran berkreasi, kami dukung. Bahkan kalau ada ide dari pihak luar yang bisa dimanfaatkan kelompok tani, kami sangat terbuka," kata Cecep.


Di tengah hamparan sawah yang hijau, panel surya dan baling-baling yang berdiri kokoh kini menjadi simbol perubahan. Dari desa yang dulu hanya mengandalkan musim hujan dan hasil gabah seadanya, Kalijaran kini menorehkan kisah baru: pertanian modern berbasis energi terbarukan.


Lebih dari sekadar teknologi, program Kalijaran Mapan memberi pelajaran berharga: bahwa inovasi bisa lahir dari desa, dari tangan-tangan petani yang ingin bangkit, dan dari semangat untuk menjadikan setiap hasil bumi sebagai sumber kehidupan yang berkelanjutan. (ANTARA/Sumarwoto)

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul Petani Kalijaran Raih Harapan Baru Lewat Energi Surya dan Inovasi

📬 Berlangganan Newsletter

Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.

Berita Populer

Berita Populer