JMDN logo

Melihat Anyaman Gurita di Nusa Penida

📍 Desa Wisata
27 September 2025
16 views
Melihat Anyaman Gurita di Nusa Penida

Klungkung, 27/9 (ANTARA) - Bali sebagai surga wisata budaya menyimpan potensi besar di pulau-pulau kecil sekitarnya.


Di daratan terpisah ada Nusa Penida, pulau di wilayah administrasi Kabupaten Klungkung berukuran 202 kilometer persegi yang dicintai karena eksotisnya pantai di balik tebing-tebing raksasa.


Wisatawan yang datang bisa menghabiskan hari dengan mendatangi satu per satu pantainya, beberapa yang tak pernah sepi seperti Pantai Kelingking, Pantai Broken, dan Pantai Diamond.


Seolah tak ingin pariwisata berhenti di sana, sebuah gagasan besar lahir dari seniman patung Bali I Ketut Putrayasa yang ingin setidaknya ada satu ikon Nusa Penida yang berdiri kokoh di antara pantai-pantai bertebing.


Setelah mengkaji sejumlah titik, diputuskan ikon tersebut dibangun di antara Pantai Broken dan Pantai Kelingking. Di sana ada sebuah tebing yang belum dikenal wisatawan namun memiliki peluang untuk menjadi wahana baru tak kalah seru.


Untuk ke sana, akses jalan aspal dapat dilalui dari Pantai Kelingking, sementara dari Pantai Broken ada jalan terjal yang  sulit tapi bisa ditempuh dalam waktu yang lebih singkat.


Dari kejauhan akan nampak ikon baru berwarna cokelat dan perjalanan naik turun bebukitan akan terbayar tepat setelah melihat patung besar dari anyaman lebih dekat.


The Octopus Queen


The Octopus Queen atau Dewi Gurita merupakan  nama dari sebuah mahakarya instalasi seni raksasa dari anyaman bambu itu.


Seniman I Ketut Putrayasa menganyamnya bersama belasan seniman lain dan hampir 400 orang warga yang membantu selama lima bulan.


Patung yang terbuat dari ribuan bilah bambu yang diambil dari Bali daratan itu berdiri megah di Penida Swing Park, Desa Sompang, di ujung barat daya Nusa Penida.


Di ujung bukit berketinggian 80 meter dari permukaan laut,  tampak patung berwujud dewi cantik yang kepalanya berisi mahkota 12 tentakel, tangannya memegang bunga teratai mekar, dan hatinya dilubangi.


Ikon baru itu menambah eksotisme Nusa Penida, karena saat wisatawan tiba, patung dengan tinggi 25 meter dan lebar 12 meter itu menghadap pengunjung pantai. Ketika pengunjung mendekat ke patung itu, mereka akan melihat hamparan laut Samudera Hindia yang bersembunyi di baliknya.


Seniman menuturkan inspirasi dari patung ini adalah biota laut gurita yang cerdas karena memiliki sembilan otak, seorang dewi sebagai tokoh imajiner memegang teratai mekar seperti memegang harapan, dan hati yang berlubang seperti ruang kesucian tanpa batas.


Bagi Nusa Penida yang sedang digemari wisatawan mancanegara, Ketut Putrayasa menaruh filosofi besar di balik karyanya, sebuah doa agar kecantikan pulau selalu terjaga dengan kecerdasan penuh yang tidak akan pernah luntur.


Nusa Penida yang sedang berkembang janganlah sampai mengikuti pariwisata yang carut marut pembangunannya tanpa kontrol yang justru merusak alamnya.


Penggambaran alam  diwakili oleh bambu-bambu yang menjadi bahan utama patung, diambil langsung dengan enam truk dari Kabupaten Bangli.


Orang Bali mengenal bahan ini sebagai bambu tali, bahan alam yang setiap kali digunakan harus dikerjakan bersama-sama, seperti kegiatan menganyam yang dilakukan secara gotong royong.


Di kawasan jauh dan curam, pemindahan logistik bahan berjalan tidak mudah, berbagai cara dilakukan bahkan sampai estafet bambu dengan melibatkan ratusan orang.


Kebersamaan ini juga menunjukkan komitmen bersama seluruh elemen dalam memajukan pariwisata Nusa Penida yang berakar kearifan lokal.


Mulanya, Adam selaku pemilik Penida Swing Park menaruh keraguan dengan pembangunan The Octopus Queen ini.


Sebagai investor asing ia merasa wajar marah dengan ide membentuk patung dengan bahan anyaman bambu di sebuah tebing.


Ketut Putrayasa yang merupakan seniman patung ternama yang sudah berkarya puluhan tahun dengan berbagai media hanya memintanya sabar.


Akhirnya penantian itu tidak sia-sia, anyaman dewi gurita bernilai milyaran tersebut rampung dibarengi dengan penganugerahan Rekor Muri sebagai patung terbesar dari anyaman bambu di Indonesia.


Penganugerahan Muri


Dalam peresmian patung itu, Museum Rekor Indonesia melalui Direktur Operasional Yusuf Ngadri menyerahkan piagam rekor Nomor 12401/R.MURI/IX/2025 kepada seniman Bali asal Kabupaten Badung I Ketut Putrayasa.


Muri menilai patung dewi gurita dengan gagasan klasik ini sungguh kreatif, seniman berhasil memperkuat eksotisme pantai bertebing dengan sebuah karya instalasi bambu penuh filosofi.


Kebanggaan ini turut dirasakan pemerintah daerah setempat, Kepala Dinas Pariwisata Klungkung Ni Made Sulistyawati contohnya, yang tak pernah membayangkan sebuah patung dari teknik anyaman berdiri sebagai peraih Rekor Muri.


Patung ini menjadi mahakarya yang memadukan kreativitas, kearifan lokal, dan keindahan alam Nusa Penida.


Ini adalah pengakuan nasional bagi Nusa Penida, menjadi tonggak baru bahwa mereka memiliki potensi seni budaya dan pariwisata.


Magnet baru ini juga menunjukkan kemampuan daerah memperbaharui peluang daya tarik wisata, tanpa merusak keberlanjutan alam sekitarnya.


Kepastian bahwa pembangunan patung ini tidak bermasalah juga disampaikan tokoh Desa Adat Sompang I Gusti Ketut Astina.


Sejak awal instalasi seni hendak dibangun, koordinasi dengan masyarakat setempat berjalan baik, bahkan masyarakat ikut membantu dalam pengerjaannya.


Di tebing curam itu angin kencang menjadi tantangan semua pihak, namun bisa selesai dan memberi sebuah harapan bagi perekonomian penduduk Desa Sompang.


Ikon The Octopus Queen menjadi perangsang bertumbuhnya desa, menjadi pengingat juga bagi investor bahwa dukungan akan datang jika mereka ikut menjaga keseimbangan alam dan budaya, bukan kepentingan bisnis semata. (ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)

📬 Berlangganan Newsletter

Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.

Berita Populer

Berita Populer